Kota Tarakan berdasarkan cerita rakyat berasal dari bahasa Tidung kuno yakni dari kata Tarak dan Ngakan, dalam bahasa Tidung Tarak mempunyai arti bertemu sedangkan Ngakan berarti Makan. Kata ngakan merupakan indikasi bahwa para nelayan dulu sering berisitirahat dan makan dipulau ini, yang menjadi tempat pertemuan para nelayan disekitar pulau ini seperti dari daerah Salim batu, tana lia, Pulau bunyu, Sesayap, Sembakung dan lain lain. Tarakan juga sebagai tempat bermuaranya tiga sungai besar diutara Kalimantan Timur seperti sungai Sesayap/Malinau, Sungai Kayan, dan Sungai Sembakung.
Dari kondisi geografis Pulau Tarakan yang merupakan pulau kecil yang dikelilingi laut maka daerah demikian dalam Bahasa Tidung disebut Tengkayu yang berarti wilayah air asin atau daerah pesisir/pantai. Sesuai dengan alam lingkungannya yang banyak berhubungan denga laut, maka terbentuklah budaya yang turun-temurun dan berkembang di kalangan masyarakat Suku Tidung, baik yang bersifat perayaan (pesta) maupun upacara-upacara ritual yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan latar belakang kondisi sosial tersebut.Suatu peristiwa yang bersifat perayaan (pesta) dalam Bahasa Tidung disebut IRAW.
Apabila perayaan tersebut ada hubungannya dengan laut maka disebut dengan istilah IRAW TENGKAYU.Salah satu upacara ritual yang biasa dilaksanakan oleh masyarakat suku Tidung adalah PAKAN yang berarti menghaturkan sesaji berupa makanan dan lain-lain. Upacara PAKAN yang akan diungkapkan disini adalah berupa upacara menghaturkan sesaji yang dihanyutkan ke laut yang merupakan ungkapan rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas rezeki yang diperoleh dari hasil laut, dengan harapan selanjutnya beroleh hasil yang lebih baik daripada sebelumnya. Dengan masuknya Agama Islam di daerah Kota Tarakan maka budaya Islam banyak mempengaruhi tradisi budaya Suku Tidung sejak masa pemerintahan Raja Suku Tidung Tarakan yang bernama BENGAWAN, yang menurut riwayat adalah raja suku Tidung pertama yang menganut Agama Islam yang memerintah dari tahun 1236 - 1280.
Bentuk haluan perahu bercabang iga. Haluan yang tengah bersusun tiga, haluan yang kanan dan kiri masing-masing bersusun dua, aka terdapat tujuh haluan yang bermaksudkan jumlah hari dalam seminggu dimana kehidupan manusia berlangsung dari hari dan seterusnya.Warna perahu terdiri dari kuning, hijau dan merah. Haluan erahu yang teratas (tengah) dan perlengkapan lainnya di atas perahu berwarna kunig, yang mana warna kuning menurut tradisi budaya Suku Tidung adalah perlambang suatu yang ditinggikan dan umulyakan. Hanya satu haluan yang berwarna kuning bermaksud hanya bahwa satu penguasa tertinggi lam semesta yaitu Yang Maha Kuasa ALLAH SWT, Sang Maha Pencipta.
Diatas perahu terdapat lima buah tiang yang melambangkan sholat lima waktu yang merupakan tiang agama Islam. Guna tiang tiang ersebut adalah tempat mengikatkan atap dari kain berwarna kunig yang disebut PARI-PARI. Pada tiang kanan depan terpasang kain kunig ke haluan kanan, demikian pula pada tiang kiri depan memanjang turun ke haluan kiri. Diatas padaw tuju dulung dibuat bentuk seperti rumah dengan atap bersusun tiga yang disebut MELIGAY yang terdapat pintu keempat dindingnya. Didalam meligay diletakkan sesaji berupa makanan.
terimakasih atas info tentang iraw tengkayu,ini sangat bermanfaan bagi saya
BalasHapus👍👍👍👍
BalasHapus